Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
أَرَأَيْتَ الَّذِي
يَنْهَى * عَبْدًا إِذَا صَلَّى
Artinya:
“Bagaimana
pendapatmu tentang orang yang melarang, seorang hamba ketika dia
mengerjakan sholat,...
(QS. ql-‘Alaq: 9-10). *
Kalau kita merujuk ke beberapa kitab tafsir, seperti Jalalain, al-Tafsiru al-Muyassar, Ibn Katsir, Aisaru al-Tafasir dan lain-lainnya, maka akan kita dapati para mufassir menerangkan bahwa orang yang melarang tersebut adalah Abu Jahal, sedangkan seorang hamba yang dilarang mengerjakan sholat tersebut adalah Nabi Muhammad saw.
Mengenai sabab al-nuzul ayat ini, Imam Jalaludin al-Sayuthi dalam Lubab al-Nuqulnya menyebutkan sebuah atsar yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Ibnu Abbas, ia berkata:”Ketika Rasulullah saw., akan mengerjakan shalat, tiba-tiba Abu Jahal datang lalu melarang Nabi saw., dari mengerjakan shalat tersebut, lalu Allah menurunkan ayat “Ara aita al-ladzi yanha, ‘abdan idza sholla” hingga ayat ”kadzibatin khotiah”.
Itulah Abu Jahal empat belasan abad yang lalu. Yang dengan terang-terangan melarang seorang hamba Allah, Muhammad saw., yang akan bermunajat kepada Rabbnya.
Zaman sekarang, Abu Jahal-Abu Jahal yang mempunyai tipe demikian, yang dengan kekuasaan dan kekuatannya dengan terang-terangan melarang dan menghalang-halangi para hamba Allah dari melaksanakan perintah-Nya insya allah dapat dengan mudah kita dapati di negeri-negeri saudara kita seperti Palestina, Afghanistan, Chechnya, Fipina (Mindanau) dan negeri-negeri lainnya yang senantiasa di landa konflik berdarah yang tiada ujungnya. Atau barangkali tidak kita ketahui justru banyak terjadi di negeri kita sendiri, Indonesia, orang-orang berkuasa, para pimpinan yang melarang bawahannya untuk mengerjakan sholat, baik dengan terang-terangan maupun secara terselubung, entah dengan alasan mengurangi efektifitas kerja, membuang-buang waktulah, atau dengan berbagai macam alasan lainnya. Yang intinya melarang sholat.
Akan tetapi, tidakkah kita merasa, bahwa selama ini kita ternyata dikelilingi juga oleh benda-benda yang berpotensi untuk menjadi “Abu jahal- Abu Jahal modern” yang mengusung spirit syaithoniyyah yang membawa sifat “pendahulunya” (baca: Abu Jahal klasik).
Jikalau Abu Jahal zaman dulu dengan terang-terangan melarang Nabi saw., sahalat, maka Abu Jahal-Abu Jahal modern ini dengan cara halus, cara yang tidak kita sadari, mencoba menghalang-halangi kita untuk melupakan shalat. Minimal menunda-nunda waktu shalat.
Berapa banyak teman-teman kita, saudara-saudara kita, keluarga kita yang ketika adzan sudah dikumandangkan, masih asyik menonton Tv atau asyik masyuk bertelephon ria dengan HPnya, dengan alasan tanggunglah. Dalih yang ironis sekali. Hal yang sepele, tapi kadang mengalahkan suatu kewajiban yang sudah jelas perintahnya.
Lebih-lebih sekarang Face Book (FB) menjamur di mana-mana. Tidak di desa tidak di kota, banyak orang sudah mengenal salah satu jejaring sosial ini. Bahkan sampai pelosok-pelosok gunung pun, asal masih ada sinyal, FB dijadikan santapan sehari-hari. Mulai bangun tidur hingga mau tidur lagi, tak lepas dari aktifitas ber-FBria ini.
Orang bilang, semakin modern zaman, semakin modern pula cara-cara syetan menggoda anak cucu Adam. Ungkapan ini setidaknya dapat membuat kita untuk lebih berhati-hati dalam menghadapi “Abu Jahal-Abu Jahal modern” di sekitar kita, apapun bentuknya. Mau tidak mau kita sendiri yang harus bisa mengatur dan memanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai justru kita sendiri yang membentuknya menjadi “Abu Jahal-Abu Jahal modern” yang akhirnya seperti diibaratkan “senjata makan tuan”, selain bermanfaat sekaligus juga menjerumuskan kita ke dalam kekufuran, keingkaran pada Allah swt.
Lebih menyakitkan lagi, jikalau justru kita sendiri yang menjadi “Abu Jahal” bagi teman-teman kita sendiri. Na’udzu billahi min dzalik.
Kalau kita merujuk ke beberapa kitab tafsir, seperti Jalalain, al-Tafsiru al-Muyassar, Ibn Katsir, Aisaru al-Tafasir dan lain-lainnya, maka akan kita dapati para mufassir menerangkan bahwa orang yang melarang tersebut adalah Abu Jahal, sedangkan seorang hamba yang dilarang mengerjakan sholat tersebut adalah Nabi Muhammad saw.
Mengenai sabab al-nuzul ayat ini, Imam Jalaludin al-Sayuthi dalam Lubab al-Nuqulnya menyebutkan sebuah atsar yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Ibnu Abbas, ia berkata:”Ketika Rasulullah saw., akan mengerjakan shalat, tiba-tiba Abu Jahal datang lalu melarang Nabi saw., dari mengerjakan shalat tersebut, lalu Allah menurunkan ayat “Ara aita al-ladzi yanha, ‘abdan idza sholla” hingga ayat ”kadzibatin khotiah”.
Itulah Abu Jahal empat belasan abad yang lalu. Yang dengan terang-terangan melarang seorang hamba Allah, Muhammad saw., yang akan bermunajat kepada Rabbnya.
Zaman sekarang, Abu Jahal-Abu Jahal yang mempunyai tipe demikian, yang dengan kekuasaan dan kekuatannya dengan terang-terangan melarang dan menghalang-halangi para hamba Allah dari melaksanakan perintah-Nya insya allah dapat dengan mudah kita dapati di negeri-negeri saudara kita seperti Palestina, Afghanistan, Chechnya, Fipina (Mindanau) dan negeri-negeri lainnya yang senantiasa di landa konflik berdarah yang tiada ujungnya. Atau barangkali tidak kita ketahui justru banyak terjadi di negeri kita sendiri, Indonesia, orang-orang berkuasa, para pimpinan yang melarang bawahannya untuk mengerjakan sholat, baik dengan terang-terangan maupun secara terselubung, entah dengan alasan mengurangi efektifitas kerja, membuang-buang waktulah, atau dengan berbagai macam alasan lainnya. Yang intinya melarang sholat.
Akan tetapi, tidakkah kita merasa, bahwa selama ini kita ternyata dikelilingi juga oleh benda-benda yang berpotensi untuk menjadi “Abu jahal- Abu Jahal modern” yang mengusung spirit syaithoniyyah yang membawa sifat “pendahulunya” (baca: Abu Jahal klasik).
Jikalau Abu Jahal zaman dulu dengan terang-terangan melarang Nabi saw., sahalat, maka Abu Jahal-Abu Jahal modern ini dengan cara halus, cara yang tidak kita sadari, mencoba menghalang-halangi kita untuk melupakan shalat. Minimal menunda-nunda waktu shalat.
Berapa banyak teman-teman kita, saudara-saudara kita, keluarga kita yang ketika adzan sudah dikumandangkan, masih asyik menonton Tv atau asyik masyuk bertelephon ria dengan HPnya, dengan alasan tanggunglah. Dalih yang ironis sekali. Hal yang sepele, tapi kadang mengalahkan suatu kewajiban yang sudah jelas perintahnya.
Lebih-lebih sekarang Face Book (FB) menjamur di mana-mana. Tidak di desa tidak di kota, banyak orang sudah mengenal salah satu jejaring sosial ini. Bahkan sampai pelosok-pelosok gunung pun, asal masih ada sinyal, FB dijadikan santapan sehari-hari. Mulai bangun tidur hingga mau tidur lagi, tak lepas dari aktifitas ber-FBria ini.
Orang bilang, semakin modern zaman, semakin modern pula cara-cara syetan menggoda anak cucu Adam. Ungkapan ini setidaknya dapat membuat kita untuk lebih berhati-hati dalam menghadapi “Abu Jahal-Abu Jahal modern” di sekitar kita, apapun bentuknya. Mau tidak mau kita sendiri yang harus bisa mengatur dan memanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai justru kita sendiri yang membentuknya menjadi “Abu Jahal-Abu Jahal modern” yang akhirnya seperti diibaratkan “senjata makan tuan”, selain bermanfaat sekaligus juga menjerumuskan kita ke dalam kekufuran, keingkaran pada Allah swt.
Lebih menyakitkan lagi, jikalau justru kita sendiri yang menjadi “Abu Jahal” bagi teman-teman kita sendiri. Na’udzu billahi min dzalik.
----------------------------------
* Yang dimaksud dengan orang yang hendak melarang itu ialah Abu Jahal,
yang dilarang itu ialah Rasulullah sendiri. akan tetapi usaha ini tidak
berhasil karena Abu Jahal melihat sesuatu yang menakutkannya. setelah
Rasulullah selesai shalat disampaikan orang berita itu kepada
Rasulullah. kemudian Rasulullah mengatakan: "Kalau jadilah Abu Jahal
berbuat demikian pasti Dia akan dibinasakan oleh Malaikat".
0 comments:
Post a Comment