Dalam biografi Hisyam bin Ammar disebutkan bahwa dia pernah masuk kepada Imam Malik tanpa izin seraya mengatakan: “Ceritakanlah hadits kepadaku.” Imam Malik mengatakan: “Bacalah.” Hisyam berkata: “Tidak, yang saya ingin adalah engkau menceritakan hadits kepadaku.” Tatkala Hisyam sering mengulang-ngulang hal itu, maka Imam Malik mengatakan: “Wahai pelayan, pukullah dia sebanyak lima belas kali.” Pelayan pun memukul Hisyam lima belas kali lalu membawanya kepada Imam Malik.
Hisyam berkata kepada Imam Malik:
“Kenapa engkau menzholimiku? Engkau telah memukulku tanpa dosa yang kuperbuat.
Aku tidak menghalalkanmu.” Imam Malik berkata: “Terus, apa tebusannya?” Hisyam
menjawab: “Tebusannya adalah engkau menceritakan kepadaku lima belas hadits.”
Maka beliau pun menceritakan lima belas hadits kepada Hisyam.
Hisyam berkata lagi kepada Imam
Malik: “Tolong tambahi lagi pukulannya sehingga Anda menambahi lagi hadits
untukku.” Mendengar itu, Imam Malik tertawa seraya mengatakan: “Pergilah kamu.”
(Siyar A’lam Nubala 3/4093 oleh adz-Dzahabi, cetakan Baitul Afkar)
Mirip dengan
hal ini adalah kisah rihlah (perjalanan jauh untuk menuntut
ilmu) yang dilakukan oleh Yahya bin Ma’in dan Ahmad bin Hanbal. Dikisahkan,
ketika mereka hendak pulang, mereka singgah di Imam Abu Nu’aim Fadhl bin Dukain
karena Yahya bin Ma’in ingin mengetes hafalannya. Setelah Imam Abu Nu’aim tahu
bahwa dirinya sedang dites, maka dia menendang Yahya bin Ma’in.
Akhirnya,
Imam Ahmad berkata kepada Yahya: “Bukankah sudah kukatakan kepadamu jangan
mengetesnya karena dia adalah seorang yang kuat hafalannya.” Yahya
berkata: “Demi Alloh, sungguh tendangannya lebih aku sukai daripada semua
perjalananku ini.” (ar-Rihlah fi Tholabil Hadits hlm. 207 oleh
al-Khothib al-Baghdadi)
----------
SUMBER:
Al-Musyawwiq ilal Qira’ah wa Thalabil Ilmi karya Ali bin Muhammad Al-Imran,
Dar Alamil Fawaid, Makkah, 1425 H
0 comments:
Post a Comment